Dulu, di sebuah desa pesisir Jawa, nenek buyut saya—yang dipanggil Mbah Siti—sering bercerita bagaimana masyarakat zaman dulu menghabiskan malam dengan lempar dadu di teras rumah. Di bawah lampu minyak jelantah, tawa dan sorak kecil terdengar saat tulang–tulang dadu berserakan di atas tikar anyaman. Itu sekilas gambaran sederhana, tapi ternyata perjudian di Nusantara memiliki sejarah panjang yang menawan, penuh intrik, dan transformasi hingga era digital sekarang. Yuk, kita telusuri kisahnya dengan gaya santai ala ngopi sore!
1. Asal-Usul Perjudian di Zaman Kolonial
Pada abad ke-17, saat VOC mulai menancapkan kukunya di Batavia, perjudian bukan sekadar hiburan rakyat kecil. Belanda mengenalkan beberapa jenis taruhan, seperti lotre ganjil-genap dan sabong yang dulu populer di kalangan priyayi. Dalam catatan De Java Gids (1857), ada keterangan tentang “Klontongan”—permainan mirip domino yang banyak dimainkan di kalangan pedagang Cina peranakan https://id.wikipedia.org/wiki/Perjudian_di_Indonesia
Mbah Siti bilang, dulunya koin COLONIALs—balai kayu kecil ukuran satu duiten—sering jadi taruhan. Kalau kalah, biasanya pemenang akan mendapatkan sehelai kain batik atau sekilo beras. Unik, kan?
2. Perkembangan di Masa Orde Lama dan Orde Baru
Menuju masa kemerdeka’an, pemerintah Republik Indonesia melarang sebagian besar bentuk perjudian dengan diterbitkannya Undang-Undang Darurat No. 7/1954. Namun, praktiknya tetap ada di pasar malam (“pasar malam”) dan acara kondangan sebagai hiburan rakyat.
Di era Orde Baru, remang-remang lapak togel meruyak. Meskipun togel ilegal, masyarakat tetap ikut pasaran Hongkong, Singapura, atau Sidney via bandar lokal. Ini jadi ladang ekonomi bawah tanah—ada yang bilang hingga Rp10 triliun per tahun berputar di sektor togel saja!
3. Pindah ke Dunia Digital: Online Gambling
Masuk era internet awal 2000-an, perjudian merambah dunia maya. Situs seperti TogelMania atau BetAsia menawarkan kemudahan akses: daftar, deposit via e-wallet, dan lihat hasil live draw hanya dengan beberapa klik. Transaksi pun cepat dengan SSL encryption yang menjaga keamanan data. Era digital ini membuat perjudian tak lagi butuh tempat fisik; cukup smartphone di genggaman.
“Zaman saya, datang ke warung kopi, sekarang tinggal buka aplikasi, klik-klik, beres,” keluh Mbah Siti sambil menyesap kopi pahitnya.
Banyak situs lokal bahkan mengantongi lisensi luar negeri—Curacao eGaming atau PAGCOR—untuk memikat pemain Indonesia dengan bonus melimpah.
4. Dampak Sosial & Regulasi Terkini
Perjudian online memang mendongkrak convenience, tapi sekaligus memunculkan tanggung jawab sosial. Kecanduan gambling (gaming disorder) diakui WHO, mengingatkan kita untuk bermain bijak. Pemerintah merespons dengan memperkuat UU ITE dan blokir situs ilegal https://www.kominfo.go.id/glossary/penyedia-situs-togel-illegal.
Semenjak 2023, Kominfo rutin blokir ribuan domain togel. Sayangnya, mirror dan VPN membuat pemain tetap bisa lewat jalur alternatif. Ini menuntut pendekatan literasi digital: edukasi bahaya, program self-exclusion, dan batasan deposit.
5. Refleksi & Peluang di Masa Depan
Sejarah perjudian di Indonesia ibarat wayang kulit: penuh pertarungan, intrik, dan drama. Dari dadu kayu di teras rumah hingga slot online neon di layar gawai, evolusinya spektakuler. Ke depan, maraknya VR casinos dan blockchain-based betting akan menambah lapisan baru. Bayangkan: duel sabung ayam virtual di Metaverse, atau taruh taruhan di rumah judi DAO—wah, futuristik banget!
Tapi ingat, sebisanya jaga manajemen risiko. Tetapkan stop-loss, mainkan modal hiburan, dan selalu prioritaskan kesehatan mental.